Bencana Ketidakadilan: Refleksi Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia


Puthut EA dan Nurhady Sirimorok | Insist Policy Paper Series | Agustus 2010 

Oleh sebagian rakyat bencana masih dianggap sebagai persoalan takdir. Dan ternyata para elit kekuasaan pun, mungkin karena bingung dan berusaha keras menyembunyikan ketidakberdayaannya dalam mengambil tanggung jawab, malah menjadi pengkhotnah kesabaran. Padahal di dalam terori kebencanaan yang kami anut, kami beranggapan bahwa sebuah ancaman (hazard) baru akan menjadi bencana bila ia bertemu dengan kerentaan dan rendahnya kapasitas.

Dalam sepuluh tahun terakhir, terjadi peningkatan kuantitatif maupun kualitatif bencana di Indonesia. Namun, seringnya didatangi bencana, tidak banyak menimbulkan kesadaran bahwa bencana bias dicegah atau dihindari. Hal itu salah satunya disebabkan oleh model-0moidel penanganan bencana yang masih bersifat sporadic dengan tingkat koordinaso yang lemah, respon yang lambat, dan yang mendasar, tidak mampu menempatkan komunitas sebagai pelaku.

Berdasarkan pada berbagai pemikiran dan persoalan di ataslah, program Pengurangan Risiko Bencana INSIST Building Community Resiliency, dijalankan atas dukungan CORDAID sejak 2007. Isi buku di tangan Anda ini diawali dengan pandangan INSIST dalam memandang kebencanaan dan pengurangan risiko bencana yang ada di Indonesia. Selanjutnya, buku ini menampilkan cerita-cerita pengorganisasian lapangan dari 6 wilayah yang menjadi lokasi proyek. 

Cerita yang ditampilkan bukan hanya memuat cerita-cerita keberhasilan, namun juga memuat cerita kegagalan dalam pengorganisasian. Karena dalam keyakinan kami, semua bentuk keberhasilan dan kegagalan merupakan pembelajaran berharga.

Komentar